Menyimak pemberitaan media yang terus menyorot mengenai PNS jahat bernama Gayus Halomoan Tambunan membuat saya jadi tergerak untuk menulis. Setelah tertangkap basah dengan sukses oleh wartawan foto dari kompas sedang asyik di Bali, padahal berstatus tahanan kejaksaan yang dititipkan di Rutan Brimob Kelapa Dua, Gayus kembali menjadi Headline mengalahkan dan mengalihkan perhatian kita menangani dan membantu doa dan apa saja bagi saudara-saudara kita di Wasior, Kepulauan Mentawai dan Lereng Merapi. Ada media elektronik menggambarkan Gayus layaknya penyihir berjubah, dimulai dengan tampak belakang, kemudian berbalik membuka topeng kerudung jubahnya dan tampaklah wajahnya yang menyeramkan dengan rambut mirip pesulap Deddy Cobuzier dan mata dengan celak hitam yang membuat tampangnya semakin kelam. Itu baru satu media, media elektronik lainnya dengan “kreatif” menyematkan berbagai macam wig yang sama sekali tidak pas dengan wajahnya. Belum lagi media cetak yang terus menyudutkan dan menganggap Gayus sebagai mafia. Dan yang paling mengherankan adalah sikap institusi yang mestinya bertanggung jawab, malah memberikan mengancam dan benar-benar melaksanakan dakwaan tambahan, pasal lain dan sebagainya dan seterusnya.
Yang mau saya bahas disini adalah menurut saya apa sih salah Gayus? Anda mungkin menjawab dia koruptor. Saya tidak bisa menyangkalnya. Memainkan pajak, menyebabkan kerugian negara, menyuap, kabur ke luar negeri, plesiran ke Bali, menyangkalnya, kemudian mengakuinya setelah tidak bisa lagi mengelak. Semua yang anda sebutkan kalau tulisan saya diatas masih kurang, mungkin benar bahkan pasti benar. Tapi apa salahnya? Gayus itu kan memang penjahat. Andai dia korupsi, itu memang jalan yang dipilihnya, juga andai dia memainkan pajak, merugikan Negara dan semua yang kita tahu itu memang peran yang dilakoninya. Jadi memang begitulah semestinya seorang penjahat yang dengan apa yang dijalaninya dia mesti menanggung segala konsekuensinya. Bila tidak di dunia, berarti di setelah dunia (bagi yang percaya ada pengadilan sesudah dunia, mungkin Gayus dan seluruh koruptor lain termasuk Aulia Pohan, sang besan tidak percaya). Jadi apalagi yang hendak anda persalahkan dari Gayus?
Sebenarnya tulisan ini akan saya panjang lebarkan tetapi, lebih saya sudahi karena saya tidak mau membuat lebih banyak orang sakit hati. Yang jelas dari sudut sempit saya yang patut dihujat dan disalahkan adalah institusi atau siapapun yang bertanggung jawab, bukan hanya si kepala rutan, yang mestinya berbuat baik, malah jahat melebihi Gayus. Kalau musuh seperti Gayus kita bisa bersiap melawannya, tapi kalau yang mestinya melindungi kita, berbuat jahat, apalagi yang bisa kita lakukan selain mengharap Allah mempercepat dunia mereka agar segera bisa diadili di akhirat.
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar