Selasa, 17 Mei 2011

Salaman itu bid'ah?

Setahu saya rukun shalat (hal – hal yang harus dilakukan saat shalat agar shalat sah) itu terdiri dari:
  1. Berdiri bila mampu.
  2. Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar).
  3. Membaca surat Al-Fatihah.
  4. Ruku’.
  5. Bersujud
  6. Bangun dari sujud.
  7. Duduk di antara dua sujud.
  8. Thuma’ninah (tenang) dalam setiap gerakan shalat.
  9. Tertib atau berurutan dalam melakukan rukun-rukun di atas.
  10. Tasyahhud akhir (membaca At-Tahiyat).
  11. Duduk ketika tasyahhud akhir.
  12. Membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  13. Mengucapkan dua salam

Terus kenapa mesti menganggap bid’ah salaman sesudah sholat padahal kita tahu rukun sholat diakhiri dengan ucapan dua salam?


Saya hendak bertanya apa sih arti bid’ah? Kalau picik pasti menjawab segala sesuatu yang tidak ada contohnya dari nabi agung Muhammad saw bukan? Jadi naik motor ke masjid, mencari nafkah ke kantor naik angkot atau pakai celana panjang, atau pakai handphone atau baca blog ini, Jadi, termasuk menghakimi bid’ah itu juga bid’ah karena Nabi tidak pernah mencontohkan, bukan?


Setahu saya, bid’ah itu hanya ada pada ibadah mahdhah. Sedangkan pengertian pendeknya adalah harus berdasarkan adanya dalil perintah, tatacaranya dicontohkan Rasul saw, dan bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal-sami'na wa'ata'na)


Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah


Itupun juga masih tersedia ruang untuk berbeda, lihat aja siaran langsung sholat tarawih atau sholat id di masjidil haram. Bagaimana perbedaan takbir, berdiri dan seterusnya dan sebagainya. Atau coba dengarkan indahnya adzan di Indonesia bandingkan dengan bunyi adzan menyentak dari Yaman sana.


Selain itu adalah ibadah muamalah yang terbuka ruang luas untuk mendiskusikan, atau mau pakai istilah ijma’ atau apapun termasuk salaman, tahlilan, dan seterusnya dan sebagainya. tapi mbok yao jangan menghakimi, wong saya sangat rela panjenengan yang merasa paling benar, dan menganggap saya bid’ah itu masuk surga duluan, asal Allah ridho terhadap apa yang saya lakukan.


Apa dianggap saya benci orang yang menolak salaman sesudah sholat? Sakit hati? Jangan terus berburuk sangka, karena jawabannya Insya Allah tidak, sama sekali tidak. Tapi semakin anda curiga terus menerus, saya akan lebih parah dari kecurigaan itu.


Wong agama saya ndak ngerti banyak kecuali yang diatas tadi, jadi alasan saya melakukannya (salaman-red) adalah saya hendak mengucapkan selamat kepada dia yang saya ajak bersalaman, bahwa alhamdulillah kita sudah bisa mendirikan sholat yang mungkin sholat terakhir yang kita tunaikan...


Ngentut sak wise sholat wae entuk kok, salaman di bid’ahke.

1 komentar: